|
Sejarah Jaman Kuna |
Gaung 17-an telah menggema di seantero tanah air, mulai dari pedalaman, pesisir, pegunungan, hingga ke dusun-dusun yang nyaris tak pernah tersentuh kemajuan. Semua anak bangsa saling berlomba merayakannya, mulai dari baca puisi, karnaval, hingga upacara-upacara. Namun, seringkali kita lupa menyentuh roh dan maknanya. 17-an hanya sebatas dimaknai bagaimana agar suasana yang dibangun tampak rame, meriah, dan gemebyar. Semangat juang yang terkandung di dalamnya nyaris terlupakan.
|
Kerja Rodi |
|
Derita Romusa |
|
Add caption |
Padahal, 63 tahun yang silam, para pejuang negeri ini mengorbankan jiwa dan raganya demi menjaga kehormatan dan martabat sebuah bangsa. Mereka yang telah tenang di alamnya, tentu akan merasa sedih menyaksikan kondisi Indonesia yang kini masih silang sengkarut. Korupsi makin menjadi-jadi bagaikan gunung es –jika tutupnya dibuka mungkin seperti kotak pandora– angka kriminal tak juga drop, kemiskinan hampir mencapai 50 juta jiwa, pengangguran masih menguasai sebagian besar kaum muda kita. Quovadis bangsa kita pasca 62 tahun merdeka?
Para pahlawan kita itu tentu tak ingin latah namanya selalu disebut-sebut. Prasasti Tuhan telah mengabadikannya di sebuah tempat yang nyaman dan beraroma wangi yang dikelilingi para bidadari syurga. Mereka sudah tidak punya pamrih apa pun. Yang mereka inginkan adalah menyaksikan negeri yang dulu telah diperjuangkannya menjadi sebuah bangunan negeri yang sejak dulu diimpikan: “gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja” (negeri yang subur dan makmur, serba tenteram, dan sejahtera).
|
Dalang Joko |
Namun, agaknya para kusuma bangsa kita yang telah damai di alamnya sana bisa jadi tak kuasa menahan tangis dan haru tatkala menyaksikan negeri yang dulu diperjuangkan telah banyak dihuni manusia-manusia rakus, besar kepala, mau menang sendiri, suka dendam dan cakar-cakaran, dan miskin kepekaan
foto yang ingin gw share,,
perayaaan di desa Bobosan,, yang menurut gw masih semangat 45 sekali:)
semoga berkenan..