Flores - Wae Rebo
secuil surga di timur Indonesia [3]
|
Kampung Wae Rebo |
Hari Ke Empat dan Ke Lima
Sengaja
untuk Hari ke Empat dan Ke Lima, dirangkum dalam 1 posting tersendiri. Karena selain
memakan waktu perjalanan hampir 2 hari, Wae Rebo
termasuk destinasi yang paling membuat penasaran
dan mendapat tempat tersendiri untuk diulas.
Itinerary dan
perjalanan 4 hari pertama sudah diulas di post sebelumnya.
|
Interior L300 |
|
Mejeng dulu dijalan :) |
Rombongan keren ini mulai berangkat dari Labuan Bajo pukul 05.00 pagi. Dan sampai di Denge pukul 11.00 menggunakan kendaraan sewa jenis L300, Bp Marianus sebagai driver cukup tenang dan komunikatif selama perjalanan. Jangan bayangkan jalan antar kota disini semulus lintas jawa atau sumatera. Jalan menuju ke Denge selebar 1 jalur dan cukup menantang. here the story begin :D
Wae Rebo
|
Rumah Tradisional Wae Rebo |
Wae Rebo,
mungkin tempat ini lebih dulu mendunia daripada mengindonesia. Menurut cerita,
Kampung Wae Rebo justru lebih sering dikunjungi oleh warga asing. Baru pada
tahun 2008, datanglah rombongan wisatawan dalam negeri pertama ke kampung ini. Kampung
Wae Rebo terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di
Kecamatan Satarmese Barat. Gunung-gunung tinggi yang mengelilinginya membuat
desa ini terisolasi.
|
Homestay Bp Blasius |
Sejak tahun
2010, setelah pemerintah mulai mengenalkan dan masyarakat semakin mengenal Wae
Rebo menjadi tujuan wisata, kampong ini semakin ramai dikunjungi. Hanya saja untuk
mencapai Wae Rebo, kita diharuskan menembus hutan sepanjang 9 km dari Denge, desa
terdekat dari Wae Rebo. Dari Denge, kita bisa memulai perjalanan dari homestay
milik Bp Blasius. Salah satu warga keturunan Wae Rebo yang berprofesi juga menjadi guru SD di
Denge. Dari homestay Bp Blasius,
perjalanan sampai ke Wae Rebo memakan waktu kurang lebih 4 jam. Dengan dibagi dalam 3
pos. Untuk menginap di homestay milik Bp Blasius, biayanya 250rb semalam yang sudah termasuk sarapan dan makan malam.
|
Medan trek di 2,5 km pertama |
|
Wefie di pos 1 |
Berbeda dengan treking di pulau-pulau sebelumnya, medan selama trek menuju wae rebo dikelilingi hutan tropis yang masih asri dan sekaligus menguras energi.
Di 2,5 km pertama, jalanan yang dilewati masih berupa batu-batu yang disusun rapi.
|
Wefie di pos 2 |
|
Jembatan menuju Wae Rebo |
Suasana diluar rumah masih ramai dengan suara teriakan anak-anak Wae Rebo yang sedang bermain. Kami pun menyempatkan bergabung dan berfoto bersama mereka. Rata-rata usia mereka masih di sekitar 5-8 tahun. Beberapa dari mereka bersekolah SD di Denge dan pulang sesekali waktu. Ditemani kopi Wae Rebo dan diselimuti dingin hawa pegunungan, kami melewati malam ini dengan tidur nyenyak dibawah langit penuh bintang.
|
Bp Alex |
|
Menceritakan Wae Rebo |
|
Didepan Rumahnya |
Pagi itu sekitar pukul 05, kami sudah bergegas bangun untuk mendapatkan sunrise dari bukit kecil di atas kampung, tepat di komplek makam. Selain karena spot tersebut adalah spot terbaik untuk mendapatkan foto Wae Rebo, di malam itu ternyata datang beberapa group wisatawan yang jumlahnya cukup banyak. Mungkin saja karena longweekend, atau karena Wae Rebo memang sudah semakin terkenal diantara wisatawan-wisatawan dalam negeri. Dan betul, setelah beberapa saat rombongan lainpun bangun dan mencari spot lainnya.
|
Sarapan Pagi |
|
Kawan Seperjalanan |
Setelah menikmati sarapan dan segelas kopi Wae Rebo, kami bersiap turun dan melanjutkan perjalanan pulang. Wae Rebo dengan segala kesederhanaan keunikan dan keramahanya, memang betul-betul memanggil pulang putranya suatu hari nanti. Semoga ada kesempatan berkunjung kesana lagi. Semoga ..
|
Spider field @ cancar |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar