Senin, 15 Juni 2015

Backpack ke Flores - Wae Rebo


Flores - Wae Rebo
secuil surga di timur Indonesia [3]

Kampung Wae Rebo


Hari Ke Empat dan Ke Lima
Sengaja untuk Hari ke Empat dan Ke Lima, dirangkum dalam 1 posting tersendiri. Karena selain memakan waktu perjalanan hampir 2 hari, Wae Rebo  termasuk destinasi yang paling membuat penasaran dan mendapat tempat tersendiri untuk diulas. Itinerary dan perjalanan 4 hari pertama sudah diulas di post sebelumnya. 
Interior L300
Mejeng dulu dijalan :)
Rombongan keren ini mulai berangkat dari Labuan Bajo pukul 05.00 pagi. Dan sampai di Denge pukul 11.00 menggunakan kendaraan sewa jenis L300, Bp Marianus sebagai driver cukup tenang dan komunikatif selama perjalanan. Jangan bayangkan jalan antar kota disini semulus lintas jawa atau sumatera. Jalan menuju ke Denge selebar 1 jalur dan cukup menantang.  here the story begin :D

Wae Rebo

Rumah Tradisional Wae Rebo
Wae Rebo, mungkin tempat ini lebih dulu mendunia daripada mengindonesia. Menurut cerita, Kampung Wae Rebo justru lebih sering dikunjungi oleh warga asing. Baru pada tahun 2008, datanglah rombongan wisatawan dalam negeri pertama ke kampung ini. Kampung Wae Rebo terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat. Gunung-gunung tinggi yang mengelilinginya membuat desa ini terisolasi.

Homestay Bp Blasius
Sejak tahun 2010, setelah pemerintah mulai mengenalkan dan masyarakat semakin mengenal Wae Rebo menjadi tujuan wisata, kampong ini semakin ramai dikunjungi. Hanya saja untuk mencapai Wae Rebo, kita diharuskan menembus hutan sepanjang 9 km dari Denge, desa terdekat dari Wae Rebo. Dari Denge, kita bisa memulai perjalanan dari homestay milik Bp Blasius. Salah satu warga keturunan Wae Rebo yang berprofesi juga menjadi guru SD di Denge.  Dari homestay Bp Blasius, perjalanan sampai ke Wae Rebo memakan waktu kurang lebih 4 jam. Dengan dibagi dalam 3 pos. Untuk menginap di homestay milik Bp Blasius, biayanya 250rb semalam yang sudah termasuk sarapan dan makan malam.

Medan trek di 2,5 km pertama
Wefie di pos 1
Berbeda dengan treking di pulau-pulau sebelumnya, medan selama trek menuju wae rebo dikelilingi hutan tropis yang masih asri dan sekaligus menguras energi.
Di 2,5 km pertama, jalanan yang dilewati masih berupa batu-batu yang disusun rapi.
Wefie di pos 2
   
Jembatan menuju Wae Rebo

Melewati pos 1 hingga pos 2, medan yang dilewati adalah jalan tanah namun accessible. Karena jalur Wae Rebo - Denge adalah jalur rutin pulang pergi masyarakat Wae Rebo, maka jangan heran jika dalam perjalanan kita berpapasan dengan penduduk asli. Mereka terkenal sangat ramah. Jadi tidak perlu segan menyapa dan memperkenalkan diri. Biasanya, penduduk kampung Wae Rebo turun ke Denge di hari-hari pasar untuk  berjualan, atau ke puskesmas setempat untuk berobat.

Rumah Tamu
Suasana dalam Rumah
Bersiap tidur

Kurang lebih 3,5 jam waktu yang kami butuhkan untuk sampai di kampung Wae Rebo. Sekitar pukul 4 sore, Sesaat sesampainya disana, kami diharuskan terlebih dahulu melaksanakan upacara penyambutan. Bp Alex selaku tetua adat disana menerima kami di rumah utama dengan menggunakan bahasa Wae Rebo. Beliau menjelaskan, bahwa selaku tetua adat, beliau sudah meminta izin kepada para leluhur untuk menerima kami sebagai tamu dan sekaligus mengganggap kami sebagai putra Wae Rebo selama disini.

Keceriaan anak-anak
Main Bersama
Suasana diluar rumah masih ramai dengan suara teriakan anak-anak Wae Rebo yang sedang bermain. Kami pun menyempatkan bergabung dan berfoto bersama mereka. Rata-rata usia mereka masih di sekitar 5-8 tahun. Beberapa dari mereka bersekolah SD di Denge dan pulang sesekali waktu. Ditemani  kopi Wae Rebo dan diselimuti dingin hawa pegunungan, kami melewati malam ini dengan tidur nyenyak dibawah langit penuh bintang. 
Bp Alex
Menceritakan Wae Rebo
Didepan Rumahnya

Pagi itu sekitar pukul 05, kami sudah bergegas bangun untuk mendapatkan sunrise dari bukit kecil di atas kampung, tepat di komplek makam. Selain karena spot tersebut adalah spot terbaik untuk mendapatkan foto Wae Rebo, di malam itu ternyata datang beberapa group wisatawan yang jumlahnya cukup banyak. Mungkin saja karena longweekend, atau karena Wae Rebo memang sudah semakin terkenal diantara wisatawan-wisatawan dalam negeri. Dan betul, setelah beberapa saat rombongan lainpun bangun dan mencari spot lainnya.

Sarapan Pagi
Kawan Seperjalanan
Setelah menikmati sarapan dan segelas kopi Wae Rebo, kami bersiap turun dan melanjutkan perjalanan pulang. Wae Rebo dengan segala kesederhanaan keunikan dan keramahanya, memang betul-betul memanggil pulang putranya suatu hari nanti. Semoga ada kesempatan berkunjung kesana lagi. Semoga ..

Spider field @ cancar


Backpack ke Flores - Labuan Bajo

Flores - Labuan Bajo
Secuil surga di timur Indonesia [2]


Puncak Pulau Padar
Melanjutkan posting sebelumnya, di tulisan yang kedua dikupas tuntas spot yang kami kunjungi selama disana :D
Bandara Labuan Bajo #meta
Marathon snorkeling-treking-healthy and fun full day tour, gw menyebutnya. Karena kegiatan harian kami diisi dengan variasi sehat spot snorkling, sampe makan siang. Tidur siang sambil nunggu perjalanan spot snorkeling berikutnya. Dan sebagai penutup hari selalu diakhiri trekking dan sunset dengan bonus view yang luar biasa indah setelah sampai puncaknya. Memulai hari dengan sunrise dari dek kapal, kopi panas dan teman-teman luar biasa. Surga banget.

Hari Pertama

Pulau Kelor
Spot pertama sesampainya kami di bandara Labuan bajo dan langsung melanjutkan ke  dermaga dengan ongkos taxi 65ribu adalah pulau ini. Bertemu dengan 3 kapal lainya yang kebetulan bersamaan menepi disana, menurut gw Pulau Kelor adalah spot pembuka yang seru banget. istri memulai belajar snorklingnya disini, sebelum menjadi mahir di hari terahir :D

view pulau kelor
Pulau Rinca
Pulau ini termasuk habitat liar komodo-komodo di sini. Karena waktu kedatangan yang mepet, kami hanya menyempatkan snorkling di pinggiran pulau tanpa sempat treking. Di pulau ini memang tidak ada yang sempat berfoto. Tapi bisa keadaan bawah lautnya tidak kalah keren dari pulau  kelor.

view pulau rinca
Pulau Padar
Penutup hari pertama diakhiri dengan trekking dan sunset. Dan pulau padar adalah penutup hari yang sempurna untuk membuang lelah perjalanan. Untuk mencapai puncak, kita diharuskan trekking selama kurang lebih 30-45 menit. Pengaturan waktu pun harus pass, karena jika tidak, kita akan kehilangan view sunset yang Numero Uno.
Treking ke Puncak Pulau Padar

Sunset di Pulau Padar
Hari Kedua
Pink Beach
Pagi hari setelah sarapan di Pulau Padar, perjalanan dilanjutkan ke Pink Beach. Sebuah gugusan pulau kecil dengan pasir pantai berwarna pink.  Sebutan pink beach pernah gw denger di pantai-pantai lainyya seperti di Phuket atau di Sumatera Barat, namun dibandingkan dengan Pinknya pink beach di Labuan Bajo-Flores, Pink disini jauh lebih pink
[pict]

Pulau Komodo
Salah satu destinasi yang paling gw tunggu adalah Pulau ini. Mengapa tidak, konon katanya hanya di pulau Komodo yang terdapat dan menjadi habitat asli Komodo. Tidak ada lagi di belahan dunia manapun. Betapa luar biasanya alam Indonesia.
Komodo bukan Komedi
Welcome to Komodo National Park
Rusa Liar

Menepi di dermaga sekitar pukul 09.00 waktu setempat, kami diarahkan langsung melapor di pos ranger yang dikelola oleh Pemda dan warga setempat. Untuk memasuki lokasi ini, kita harus mengeluarkan biaya 50ribu per orang. Diluar tips yang diberikan kepada guide yang menemani.

Spesies Ular
Awal memasuki pulau Komodo, sudah langsung terlihat jika tempat ini sudah dikelola dengan baik. Penjual minum dan souvenir yang sudah terlokalisasi, dermaga yang dipercantik, lingkungan yang bersih, serta penginepan yang rapi dan baru dibangun disana melengkapi sarana akomodasi di Pulau Komodo. Istimewanya, keasriannya sebagai habitat asli Komodo tetap dijaga.

Bp Latif dan Bp. Rikard  Pemandu kami siang itu menyampaikan, untuk mengelilingi pulau ini ada 3 pilihan trek yang dapat dipilih pengunjung. Short Trek, Medium Atau Longtrek. Pilihan trek manapun tidak menjamin dapat bertemu dengan Komodo, Ranger menekankan. Karana bagaimanapun Komodo adalah hewan liar. Dan penekanan ini mungkin memang harus selalu disampaikan, agar pengunjung tidak terlalu berekspektasi tinggi dan tidak terlalu kecewa jika tidak bertemu dengan komodo selama trek nantinya karena mengetahui dari awal perjalanan.

Fregata Hill, via Medium Trek
Berbeda dari saat ini, dahulu saat populasinya masih sedikit, Komodo-komodo tidak berburu sendiri. Namun harus  diberi makan daging segar secara rutin sebagai upaya pelestarian. Itu kenapa menurut ranger yang menemani kami mengatakan, bahwa Komodo mitosnya sangat tertarik dengan warna merah yang identik dengan darah. Dan entah ini adalah sebuah kebetulan atau memang mitos itu terbukti benar, dalam perjalan medium trek yang kami pilih, luckly kami bertemu dengan seekor komodo berukuran besar yang tiba-tiba muncul dari sisi semak-semak sebelah kanan.

Komodo #ceisar
Komodo #ceisar
Sepanjang trek kami bertemu dengan beberapa grup lain. Dan grup keren ini cukup beruntung karena mungkin menjadi satu-satunya grup yang langsung bertemu dengan komodo siang itu. Selain komodo, kita juga dapat menemui spesies hewan liar lainya dan suguhan pemendangan-pemandangan yang eksotis.

Damn, I Love Indonesia !!

Gili Laba
Malam ini kami dijadwalkan menginap di Gili laba. Kurang lebih 3-4 jam perjalanan dari Pulau Komodo. 
View dari Puncak Gili Laba
Seperti biasa sebagai penutup hari, untuk mendapatkan view yang maksimal, lagi-lagi kami harus trekking. Namun berbeda dengan jalur di Pulau padar, gili laba terlihat terjal dan membutuhkan upaya lebih untuk sampai ke puncak. Jalur trek disini juga sepertinya dapat sekaligus mengelilingi pulau. Savana yang terlihat berwarna hijau kekuningan, ditambah view sunset di puncak bukit, dijamin membuat kita susah berpaling dari tempat ini.
Gili Laba
Jalur Treking
Treking ke Puncak



Hari Ketiga
Manta Point
Perjalanan Hari ketiga dan sekaligus hari terahir live on board di Labuan Bajo, spot pertama yang dikunjungi adalah manta point. Spot ini bukan terletak di gugusan pulau atau pantai seperti spot-spot sebelumnya, melainkan betul-betul terletak di laut lepas. Diberi nama manta point karena disini banyak terdapat spesies ikan Manta. Menurut beberapa literature, Manta termasuk keluarga ikan Pari dan masih sering terlihat di perairan dangkal. Di titik pertemuan pertama, kami masih belum bisa menemukan Manta. Tapi di spot kedua, yang lagi-lagi menjadi keberuntungan kami, beberapa ikan manta terlihat disini. Berikut gw post dari video @andy wiryanto yang sempat dive dan mengejar penampakan Manta.

Pulau Kanawa
Welcome to Kanawa. Seperti halnya Cubadak Paradiso di Sumatera Barat, Kanawa resort kabarnya juga dikelola oleh bule. Di tempat ini terdapat pavilion-paviliun kecil untuk pengunjung-pengunjung yang menginap. Hanya saja Kanawa resort dibebaskan untuk pengunjung yang ingin merapat. Tidak dipungut biaya. Dari beberapa spot snorkeling beberapa hari terahir, Kanawa termasuk yang memiliki view bawah laut yang terbaik.
Puncak Kanawa

pengunjung snorkeling
Finding Nemo #Andy Wiryanto
wefie di puncak kanawa
Pulau Bidadari
Adalah pulau terahir yang kami kunjungi sebagai spot snorkeling dan pemberhentian sebelum menepi ke dermaga. Kondisi alam bawah lautnya tidak kalah indah seperti halnya di pulau yang lain.
Bawah Laut Pulau Bidadari

Air yang masih jernih
Malam ini kami menginap di penginapan CF Komodo sebelum melanjutkan perjalanan ke Wae Rebo. Penginapannya bersih dan cukup nyaman untuk sekedar mengistirahatkan badan yang sudah mulai terasa pegal dan perih karena sengatan matahari.

Selasa, 09 Juni 2015

Backpack ke Flores [itinerary]

Flores
Secuil surga di timur Indonesia

Penikmat jalan-jalan, lokal maupun mancanegara, kebanyakan jika ditanya dimana mereka akan menghabiskan liburan di Indonesia, akan selalu menjawab Bali sebagai destinasi utama. Selain transportasi dan akomodasi yang lengkap, Bali memang menawarkan banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi. Dari wisata alam, budaya atau belanja. Tidak semua setuju, Nusa Tenggara Timur atau daerah timur Indonesia yang lain seperti Papua dan Maluku menjadi pilihanya. Terutama karena biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan semakin ke timur semakin mahal, akomodasi dan transportasinyapun masih terbatas

Salah satu pulau di NTT. Diambil dari udara

Tanpa merencanakan sebelumnya, ajakan Flores datang dari teman serumah sekaligus rekan dari banyak perjalanan sebelumnya Bung Ceisar Purba. Klik link atas nama dia buat ngliat blog beliau. Setelah mendiskusikan dengan istri tercinta, diputuskan kami bergabung dengan the most epic group ever dalam sejarah jalan-jalan gw selama ini. Bener-bener the most karena kumpulan manusia-manusia ini memang sangat keren. Lo juga bisa liat team lengkapnya dari link blog bung Beny diatas.

full team @ spider field Cancar; by guide
Seperti posting-posting sebelumnya, akan dibahas detail termasuk biaya dan tentunya foto jepretan hasil hunting dengan modal kamera dan HP pinjeman, plus beberapa foto dari rekan seperjalanan yang lain. Caption dan tukang jepretnya akan gw tulis di caption setiap foto, dan bebas merdeka jika lw mau copas foto yang ada, dan ngejadiinnya sebagai referensi atau contoh itinerary untuk perjalanan kalian sendiri. Dengan penuh harap tetap selalu naro nama tukang jepret di foto/link tersebut  jika menshare tulisan atau foto dalam content dalam blog ini;-)

Akomodasi dan Transportasi

Di posting yang pertama, topic bahasanya belum akan seputar destinasi. Tapi biaya, akomodasi dan transportasi selama disana. Kurang lebih gambaran biaya yang dikeluarkan untuk 7 orang untuk perjalanan 5 hari 5 malam di Flores dengan segala kebutuhan hidup selama itu. Termasuk tiket PP- Jakarta-Labuan Bajo, diluar oleh-oleh tentu saja :D. Di bandingkan backpack ke Phuket, perjalanan ke Flores memang terhitung cukup mahal. Tapi jika kembali ke istilah ekonomi, cost yang dikeluarkan dibanding benefit yang didapat, dijamin setimpal. Sangat setimpal !!!!

Budget
itinerary by posma

Untuk pilihan kapal, sebenarnya di Labuan Bajo pilihanya sangat bervariatif. Bisa disesuaikan dengan budget yang ada. Semakin mahal kapal yang disewa, semakin besar pula ruangan dan lengkap fasilitasnya. Namun kapal sewa kami sudah lebih dari cukup ko, untuk menemani dan menikmati surga di tempat ini.

kapal sewa kami

kapal medium semacam phinisi

interior kamar dalam dek kapal

Beberapa hal yang gw kuatirkan sebelum  perjalanan adalah ketersediaan makanan dan air tawar. Kuatir dehidrasi dan jet lag menu makanan, rasanya menjadi terlalu berlebihan setelah makan siang pertama disajikan. Kru kapal selain sangat-sangat ramah mereka juga pandai sekali memasak.

Menu 4 sehat 5 sempurna
Menu makanan selalu berganti setiap sarapan, makan siang dan makan malam. Dari menu nasional seperti Nasi goreng, Cumi tepung atau indomie goreng yang indonesia banget. sampai sarapan ala western seperti pancake, roti dan telor dadar
Teaser Wae Rebo ;)
Sesuai jadwal yang sudah direncanakan sebelumnya, setelah live on board selama 3 hari 2 malam, tempat selanjutnya adalah Wae Rebo. Tempat tujuan terahir ini jujur tempat yang paling bikin penasaran. Karena dari googling sebelum kesana, wae rebo sudah punya magnet tersendiri. Lokasinya, tempat tinggalnya, kehidupanya, penduduknya, dan sejuta keunikan lainya. kami ber 7 menggunakan mobil sewa L300. Posting berikutnya adalah rincian spot selama disana. enjoy #AW