Minggu, 25 Januari 2009

Serayu Rafting - Banjar Negara

Serayu Rafting

beberapa foto hasil liputan rafting, minggu, january, 18 2009. Bertempat di Serayu Rafting, Banjar negara..
bagi rekan2 yang berminat untuk memacu adrenaline, olahraga ini cocok buat lw semua anda :)

Cmon Juuump :)
Jeram#6
Jeram#5


Angkut Kapal

Jeram#4 

Jeram#2

Jeram#2

Jeram#1 
Serayu Rafting

Serayu Rafting

merdeka..!!!

Sejarah Jaman Kuna

Gaung 17-an telah menggema di seantero tanah air, mulai dari pedalaman, pesisir, pegunungan, hingga ke dusun-dusun yang nyaris tak pernah tersentuh kemajuan. Semua anak bangsa saling berlomba merayakannya, mulai dari baca puisi, karnaval, hingga upacara-upacara. Namun, seringkali kita lupa menyentuh roh dan maknanya. 17-an hanya sebatas dimaknai bagaimana agar suasana yang dibangun tampak rame, meriah, dan gemebyar. Semangat juang yang terkandung di dalamnya nyaris terlupakan.

Kerja Rodi
Derita Romusa



Add caption
Padahal, 63 tahun yang silam, para pejuang negeri ini mengorbankan jiwa dan raganya demi menjaga kehormatan dan martabat sebuah bangsa. Mereka yang telah tenang di alamnya, tentu akan merasa sedih menyaksikan kondisi Indonesia yang kini masih silang sengkarut. Korupsi makin menjadi-jadi bagaikan gunung es –jika tutupnya dibuka mungkin seperti kotak pandora– angka kriminal tak juga drop, kemiskinan hampir mencapai 50 juta jiwa, pengangguran masih menguasai sebagian besar kaum muda kita. Quovadis bangsa kita pasca 62 tahun merdeka?


Para pahlawan kita itu tentu tak ingin latah namanya selalu disebut-sebut. Prasasti Tuhan telah mengabadikannya di sebuah tempat yang nyaman dan beraroma wangi yang dikelilingi para bidadari syurga. Mereka sudah tidak punya pamrih apa pun. Yang mereka inginkan adalah menyaksikan negeri yang dulu telah diperjuangkannya menjadi sebuah bangunan negeri yang sejak dulu diimpikan: “gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja” (negeri yang subur dan makmur, serba tenteram, dan sejahtera).

Dalang Joko
Namun, agaknya para kusuma bangsa kita yang telah damai di alamnya sana bisa jadi tak kuasa menahan tangis dan haru tatkala menyaksikan negeri yang dulu diperjuangkan telah banyak dihuni manusia-manusia rakus, besar kepala, mau menang sendiri, suka dendam dan cakar-cakaran, dan miskin kepekaan

foto yang ingin gw share,,
perayaaan di desa Bobosan,, yang menurut gw masih semangat 45 sekali:)
semoga berkenan..

Selasa, 20 Januari 2009

play with the light

Some People Called Mini Studio :)
 
Untuk foto di folder ini, gw cuman pake lampu belajar tambah kertas karton yang gw tekuk dibelakang. pasang ISO tinggi, langsung gasss poooll, 

Cekrek
Fresh One



Red One
Strawbery One

just shoot

single photoshoot
Single PhosoShoot sii, dari artiny jg pasti lw smua uda tau kalo ini emang folder buat pamer foto sendiri tapi bukan sepi #apaa siii :D
Hiduplah Indonesia Raya
Buble
Sunset



Single

StreetShoot

Anti Gravity




Rabu, 07 Januari 2009

cerita di antara euforia 08-09


Pa Riman

Beliau bernama Pa Riman, dan istrinya bernama Bu Narsi. Mereka berasal dari kecematan Bulukerto Wonogiri, yang sehari-hari berprofesi sebagai petani sawah biasa di desa tempat tinggalnya. Dilihat dari latar belakangnya, sekilas mungkin tidak ada hal yang menarik. hanya penjual terompet 'kagetan' biasa, yang menjamur seperti halnya yang lainnya.

Ibu - Anak - Cucu
Tapi setelah memulai mengajak bapa berbincang, ada hal menarik yang membuat gw mau sedikit berlama-lama mendengarkan si bapa bercerita.

Pa Riman
Cucu

Dari cerita bapa, mayoritas penduduk disana memang dikenal sebagai pengrajin terompet.dan sudah menjadi tradisi, di bulan ke 6 mereka sudah mulai sibuk membuat berbagai macam kerajinan terompet, untuk kemudian dipasarkan ke berbagai kota di jawa. Bandung, Surabaya, dan beberapa kota besar lainnya. Tidak melalui perantara, tetapi langsung tersebar secara berkelompok. Di purwokerto, bapa tidak sendiri. ada sekitar 20 orang yang juga penjual terompet lain, tersebar di sepanjang jalan jenderal soedirman ini yang termasuk dalam rombongan bapa. Mereka datang dengan menyewa mobil dan truk, yang dari cerita si bapa, menghabiskan modal hingga lebih dari 6 juta rupiah untuk pulang dan pergi. disini mereka tinggal di sebuah kontrakan kecil seharga 500 ribu, bersama 10 orang lainnya selama kurang lebih 10 hari.

Dari terompet yang dipasarkan dengan harga sekitar 15-40 ribu, keuntungan yang diraup kelompok ini, bisa mencapai 100%, yang tentu saja itu dibagi2 dengan ke-20 orang lainnya.

foto gw take tanggal 31 Desember kurang lebih pukul 16.00, di slh satu sudut jalan jend soedirman di acara ECOLENS hunting purwokerto 24 jam..